Refleksi Belajar
INOVASI DAN PENERAPAN FILSAFAT
DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA.
- Pendahuluan
Tahun
2020 tidak ada lagi ujian nasional dengan berbagai polemik saat sistem ini akan
dihentikan. Perdebatan panjang para ahli pendidikan telah menghasilkan
keputusan tidak diadakan lagi ujian nasional. Dengan tidak ada ujian nasional,
kegiatan pendidikan di sekolah lebih terbuka untuk adanya inovasi pendidikan.
Kungkungan adanya target capaian nilai saat siswa berada diakhir tingkat
jenjang pendidikan sudah tidak ada lagi. Ini merupakan tantangan besar dimana
dulu menurut Marsigit, 2017 megaproyek berapapun usaha inovasi pendidikan
dan pembelajaran akan selalu kandas dan tidak berhasil memromosikan pendidikan inovatif,
karena pada hakikatnya pendidikan inovatif hanya merupakan slogan populis yang
sebenarnya disadari merupakan dunia lain yang tidak mungkin dicapai.
Pergeseran
waktu begitu cepat di abad 21 ini dengan perkembangan teknologi yang cepat
melesat melampaui kemampuan berpikir konvensional. Guru bukan lagi sebagai
satu-satunya sumber belajar benar-benar dapat dilihat dan dirasakan. Guru yang
tidak up to date dan adaptif dengan teknologi menjadi guru yang
ketinggalan dan akan ditinggalkan oleh siswa-siswanya. Saat ini siswa dapat
belajar dari mana saja, kapan saja, dimana saja, dalam situasi apa saja atau
dapat dikatakan siswa belajar tanpa batas dengan kemudahan teknologi.
Kurikulum
2013 sudah diimplementasikan di lembaga pendidikan di seluruh wilayah
Indonesia. Implementasi kurikulum di satuan pendidikan dituangkan dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
dievaluasi dan diperbaharui setiap akhir tahun pelajaran untuk menyongsong awal
tahun pelajaran yang akan dijalani satuan pendidikan. Dokumen kurikulum yang
telah disusun satuan pendidikan menjadi sumber rujukan dalam pelaksanaan
pendidikan.
Kurikulum
berdasarkan permendikbud no 61 Tahun 2014 dan Permendikbud no 35 Tahun 2018
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. KTSP adalah kurikulum
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan. Pengembangan KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah mengacu
pada Standar Nasional Pendidikan, kerangka dasar dan struktur kurikulum, dan
pedoman implementasi kurikulum. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi melalui Direktorat Sekolah Menengah Pertama memonitoring dan
mengevaluasi pelaksanaan kurikulum dan diselenggarakanlah penguatan implementasi
kurikulum 2013.
Penguatan
implementasi kurikulum mencakup diversifikasi kurikulum. Sekolah perlu
menyelenggarakan pendidikan intrakurikuler, kokurikuler, pembiasaan
(menciptakan budaya satuan pendidikan), ekstrakurikuler, kriteria ketuntasan minimal,
kriteria kenaikan kelas dan kelulusan, perencanaan pembelajaran. Hal yang tidak
boleh dilupakan adalah penguatan dibidang kompetensi abad 21 dimana siswa perlu
dididik untuk tumbuh dan berkembang dengan kompetensi critical
thinking, creativity, collaboration, dan communication. Keempat
kompetensi ini perlu ditingkatkan dalam implementasi pendidikan di satuan
pendidikan.
Kemampuan berpikir kritis atau critical
thinking bertujuan mengarahkan anak untuk dapat menyelesaikan masalah
(problem solving). Berpikir kritis perlu diterapkan agar siswa dapat
melatih diri untuk mencari kebenaran dari setiap informasi yang didapatkannya,
dimana saat ini informasi sangat mudah didapatkan, namun informasi hoaks
pun sulit dibedakan dengan informasi yang benar. Keterampilan ini sangat
diperlukan untuk mengatasi dampak negatif dari akses informasi tak terbatas di
abad ke-21. Kemampuan literasi menjadi hal penting yang perlu ditumbuhkan pada
kompetensi siswa, sehingga pemerintah memunculkan model asesmen untuk
mengetahui kemampuan tersebut. Soal yang disajikan diupayakan dapat mengukur
kedalaman berpikir kritis.
Creativity atau kreativitas dapat dimaknai sebagai
kemampuan berpikir outside the box tanpa dibatasi aturan yang cenderung
mengikat. Anak-anak yang memiliki kreativitas tinggi mampu berpikir dan melihat
suatu masalah dari berbagai sisi atau perspektif. Hasilnya, mereka akan
berpikiran lebih terbuka dalam menyelesaikan masalah. Disini didukung dengan
permasalahan yang disajikan saat pembelajaran adalah permasalahan yang bersifat
open ended sehingga siswa diberi keleluasaan mengeksplorasi pengetahuan
yang telah diperoleh untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang
disajikan.
Collaboration adalah aktivitas bekerja sama
dengan seseorang atau beberapa orang dalam satu kelompok untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan bersama atau dalam latihan telah ditetapkan oleh guru.
Aktivitas bekerja sama ini penting diterapkan dalam proses pembelajaran agar
siswa mampu dan siap untuk bekerja sama dengan siapa saja dalam kehidupannya
mendatang. Dalam berkolaborasi siswa akan terlatih untuk mengembangkan diri
dalam kelompok untuk memperoleh solusi terbaik yang bisa diterima oleh semua
orang dalam kelompoknya. Nilai-nilai sikap sosial timbul dengan adanya
interaksi saat proses pembelajaran. Kedalaman rasa untuk saling menghargai,
tidak egois, berpikir keberagaman dan berbagai karakter baik muncul dan
berkembang.
Communication adalah kemampuan siswa dalam
menyampaikan gagasan dan pikirannya secara cepat, jelas, dan efektif.
Keterampilan ini terdiri dari sejumlah sub-skill, seperti kemampuan
mengolah bahasa yang tepat sasaran, kemampuan memahami konteks, serta kemampuan
membaca pendengar (audience) untuk memastikan pesannya tersampaikan. Hal
ini perlu dilatihkan agar kebermanfaatan siswa di lingkungannya lebih dapat
dirasakan oleh orang lain. Disharmonisasi informasi dapat berbuntut panjang
dengan tindakan yang memunculkan disorientasi konstruktif. Tentu hal ini tidak
diinginkan semua pihak.
Untuk itu perlu diselenggarakan
pendidikan yang memperhatikan karakteristik satuan pendidikan, siswa, wilayah/
daerah, bersifat integralistik dengan berkolaborasi antar mata pelajaran.
Disinilah diperlukan inovasi pendidikan baik internal mata pelajaran maupun
antar mata pelajaran dalam suasana kolaboratif. Untuk mewujudkan pembelajaran
kolaboratif antar mata pelajaran tidaklah mudah, perlu sikap terbuka dalam hal
konten kompetensi dasar spesifik masing masing mata pelajaran sehingga guru
satu dengan lainnya saling mengetahui kemungkinan kolaborasi yang dapat
dilakukan.
Memperhatikan target dan tujuan
kurikulum terutama target capaian penyampaian kompetensi dasar, maka kolaborasi
lebih disarankan untuk kegiatan kokurikuler atau yang setara dengan tugas
mandiri tidak terstruktur atau pembelajaran berbasis proyek yang kolaboratif.
Hal ini terkait dengan waktu pelaksanaan kegiatan pendidikan kokurikuler yang
cukup memakan waktu. Pelaksanaan kegiatan perlu disinergikan dengan program sekolah,
sehingga dapat dijadwalkan dengan baik sesuai situasi dan kondisi yang terjadi.
Pembelajaran jarak jauh sebagai
dampak pandemi covid 19 menuntut inovasi dalam metode, strategi, dan teknis
pembelajaran sehingga target capaian kurikulum dapat diupayakan mendekati
kurikulum yang disederhanakan oleh balitbang kemdikbud. Kurikulum
penyederhanaan balitbang yang sudah diberlakukan sejak tahun 2019 memangkas
beberapa kompetensi dasar sehingga diupayakan perlu pemetaan materi esensial
minimal yang dipelajari siswa. Target capaian kurikulum yang dituangkan
dalam silabus perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang aktual di
satuan Pendidikan.
Dibeberapa sekolah yang
memungkinkan penyelenggaraan pendidikan dengan cara yang baik, diperbolehkan
menggunakan kurikulum nasional. Tentu saja ini tidak banyak, dikarenakan
pandemi covid 19 melanda hampir di seluruh daerah dengan resiko yang tinggi
jika proses pendidikan dilaksanakan dengan cara seperti sebelum pandemi covid
19.
- Filsafat
Pendidikan Matematika dan Penerapannya
Orang
tua pada umumnya masih merasa bangga dengan putra-putrinya yang dapat menguasai
pelajaran matematika dengan dibuktikan nilai yang tidak mengecewakan. Nilai
pembelajaran matematika yang tinggi merupakan lambang kebanggaan penguasaan
ilmu. Sejalan pemahaman ini nilai matematika yang rendah turut menurunkan
gengsi, bahkan kadang harapan masa depan. Tidak mengherankan sebagian orang tua
berupaya dengan gigih agar anaknya mendapatkan nilai yang tinggi. Opsi dengan
memberikan les tambahan, melengkapi buku-buku penunjang belajar, menyediakan
guru privat dan lain sebagainya.
Jaminan
kebahagiaan seakan mudah diraih bila seseorang memiliki nilai bagus dalam
bidang matematika. Kebahagiaan yang sebenarnya ada dihati diperoleh dari ketenteraman
jiwa. Ketenteraman jiwa didapat dari hati yang tenang. Ilmu yang tinggi dan
dengan pemahaman yang baik memang lebih memungkinkan untuk mengendapkan emosi
yang pada tahap berikutnya lebih menenteramkan dan membahagiakan. Capaian
materi bukan satu-satunya alat untuk menggapai kebahagiaan. Namun tidak
dipungkiri, capaian materi lebih mempermudah dalam mendukung kebahagiaan.
Tidak
jarang anak-anak yang bagus nilainya di kelas awal akan mengalami kesulitan
atau turun nilainya pada tahap kelas tinggi, menengah, atas dan kuliah. Tentu
ini tidak diharapkan terjadi, namun tidak sedikit yang mengalami kejadian
penurunan nilai ini. Tahapan berpikir anak ditingkat awal dimana pembelajaran
matematika masih sederhana dan mudah diterima. Pada tahap selanjutnya diperlukan
pengetahuan , pengalaman, relasional konsep, ketelitian, kejelian, dan berbagai
kompetensi lain untuk dapat memecahkan persoalan matematika yang tentu saja
semakin kompleks.
Pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran matematika merupakan salah satu cara untuk
mendekatkan matematika kedalam kehidupan sehari-hari sehingga diharapkan mampu
membangkitkan motivasi dalam diri anak untuk lebih dalam belajar matematika.
Proses berpikir induktif dan deduktif dipadukan untuk melengkapi pemahaman anak
yang mulai berkembang interaksi sosial dan pengetahuannya. Obyek belajar
matematika adalah sesuatu yang abstrak, namun dapat dipelajari dari sesuatu
yang konkrit. Dengan proses berpikir yang panjang, siswa melakukan imajinasi
dengan cara sintesis atau abstraksi dan idealisasi membentuk konsep
matematis yang diterima dari sesuatu yang konkret menuju bentuk konsep abstrak.
Konsep
yang sudah dipelajari dalam alam pikir membentuk skema-skema pengetahuan yang
dalam pembelajaran perlu dikoneksikan antara satu dengan yang lainnya. Menurut
Skemp(1987) koneksi skema satu dengan lainnya merupakan pemahaman relasional
yang baik untuk memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan yang tidak jarang
mudah diselesaikan dengan pengetahuan matematis yang telah diperoleh.
Keterampilan mengabstraksikan dan mengidealisasikan konsep dasar matematika
kemudian keterampilan mengoneksikan berbagai konsep yang diperoleh menentukan
kemampuan memahami persoalan matematis. Setelah memahami persoalan matematis
siswa kemudian dapat mengembangkan pengetahuannya untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut.
Skema
konsep yang telah dimiliki siswa mudah dimunculkan dengan model resonansi.
Munculnya konsep untuk dikoneksikan dengan konsep lain seakan mucul akibat
gelombang yang meresonansi nada lainnya. Tentu hal ini dapat membantu siswa
mengoneksikan dan mempercepat tumbuh dan berkembangnya pengetahuan skematis
dalam diri siswa.
Persoalan
penjumlahan bilangan bulat 7+3 dapat diselesaikan dengan mudah dengan hasil 10,
namun dengan pengetahuan yang lain, setelah siswa mempelajari bilangan basis,
mungkin saja hasil penjumlahan tersebut berbeda. Disinilah berpikir relatif
dalam pengetahuan menjadi lebih terbuka. Matematika termasuk ilmu pasti, namun
hasil nilai mutlak benar belum tentu dapat ditentukan. Nilai relatif menjadi
hal yang membatasi bentuk pemahaman konsep satu dengan lainnya. Batasan ini
menjadi penting berdasarkan pikiran yang telah terisi konsep-konsep dan
skema.
Belajar
permasalahan garis dengan panjang tanpa batas dengan sifat garis yang sangat ideal,
tidak memiliki ketebalan, dan lain sebagainya ada dalam alam ideal dan menjadi
kurang tepat jika digambar. Gambar garis yang ada merupakan upaya pemahaman
melalui visualisasi konsep pikir ideal. Konsep pikir ideal ini tentu saja tidak
mungkin digambarkan. Nah disini peran berpikir abstraksi ideal untuk
mendapatkan pemahaman yang sebenarnya dari konsep garis pada bangun datar.
Proses panjang
berpikir matematis memudahkan dalam menyelesaikan permasalahan kehidupan.
Permasalahan kehidupan yang beraneka dapat dibantu penyelesaiannya dengan
logika berpikir matematis. Tentu tidak kemudian berpikir praktis matematis.
Karena ilmu matematika berada dalam alam konsep abstrak, ideal, dan ada dalam
alam pikir ideal.
- Ideologi Pendidikan
Matematika
Ideologi
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas
pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup:
Ideologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu edios yang
artinya gagasan atau konsep dan logos yang berarti ilmu. Pengertian ideologi
secara umum adalah sekumpulan ide, gagasan, keyakinan dan kepercayaan yang
menyeluruh dan sistematis. Ideologi merupakan pedoman yang dipakai oleh seluruh
kelompok sebagai dasar cita-cita, nilai dasar dan keyakinan yang dijunjung
tinggi.
Ideologi pendidikan matematika
membahas dan mengungkapkan tentang bagaimana pendidikan matematika dapat
diimplementasikan baik secara radikal, konservatif, liberal ,dan demokrasi. Landasan
pendidikan matematika membenarkan untuk mendapatkan status dan dasar dalam
kasus ontologi, epistemologi dan aksiologi. Pendidikan matematika
menekankan pada Matematika sebagai kegiatan mencari pola dan hubungan.
Matematika adalah kegiatan kreatif yang melibatkan imajinasi, abstraksi,
intuisi dan penemuan; Matematika sebagai sarana pemecahan masalah. Matematika
sebagai sarana mengomunikasikan informasi atau ide.
Menurut Teori Perry dalam Edy
Bambang Irawan (2012) perkembangan etika dan intelektual dibagi dalam 9 level
yang dimampatkan menjadi 4 level yakni dualisme, multiplistik, relativisme dan
komitmen.
1.
Level dualisme
Orang
pada level ini berpandangan bahwa setiap persoalan / pertanyaan mempunyai
jawaban, atau setiap masalah mempunyai penyelesaian, dan setiap ahli akan
mengetahui dan menyediakan jawaban tersebut. Kecenderungan guru bersifat
powerfull sebagai sumber belajar atau teacher centered, siswa cenderung sebagai
obyek pendidikan.
2.
Level multiplistik
Orang
pada level ini memandang bahwa segala sesuatu dihargai berdasarkan cara
berpikir dan keyakinan masing-masing. Dengan pandangan ini, pendidikan lebih
bersifat demokratis, sehingga siswa dapat lebih terbuka mengemukakan pendapat.
Proses pendidikan lebih terbuka dan terlihat lebih hidup dengan saling berbagi
dan menghargai pendapat yang berbeda. Interaksi dalam proses pendidikan dapat
menumbuhkan keberanian dan tanggung jawab.
3.
Level relativisme
Orang
pada level ini berpandangan bahwa tidak semua gagasan atau pemikiran bernilai
baik secara bersama, terdapat kriteria untuk mengevaluasi gagasan tersebut
sesuai konteks evaluasinya. Disini lebih terbuka dan obyektif memandang
kebenaran yang diungkapkan oleh orang lain, baik guru maupun siswa. Hal ini
dikarenakan konteks berpikir siswa tersebut dapat berbeda dengan konteks
berpikir yang dimiliki oleh guru maupun siswa satu dengan lainnya.
4.
Level komitmen
Disini
seseorang berpandangan bahwa sesuatu keputusan hanya dapat dibuat dengan
berdasarkan pada ketidakpastian. Pada tahap ini, seseorang akan menerima
sesuatu gagasan bersifat alternatif dalam memecahkan permasalahan, dan
pengetahuan dipandang sebagai struktur individu dalam menafsirkan pengalaman
yang dihadapi.
- Teori dan Model model
pendidikan matematika
Begitu banyak teori belajar dalam
pendidikan matematika. Teori belajar tumbuh dan berkembang mengikuti
perkembangan sosial, budaya, dan ilmu pengetahuan. Secara garis besar ada dua
teori belajar yakni teori belajar kognitivisme dan teori belajar humanis.
1.
Teori belajar kognitivisme
Belajar merupakan suatu proses
interaksi antara individu dengan lingkungannya dengan melibatkan proses
berpikir/bernalar. Teori ini mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar
tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan sehingga pengetahuan itu
bersifat non-objektif, temporer, serta selalu berubah. mengenal konsep bahwa
belajar adalah hasil interaksi yang terus-menerus antara individu dan
lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Jadi dengan adanya teori
kognitivisme seorang siswa akan memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih
luas sehingga pengetahuan yang mereka dapatkan tetap setia dalam ingatan. Siswa
dilatih untuk berpikir secara cerdik untuk menyelesaikan masalahnya dan harus
dapat menggali pengetahuannya sendiri.
Dengan demikian siswa akan dapat
berkembang lebih luas alam pemahaman pembelajarannya. Dari sini timbul
kesenjangan pemahaman siswa, dimana siswa yang aktif akan memiliki pemahaman
yang lebih cepat dan luas dibanding siswa yang kurang aktif. Kesenjangan ini
dapat begitu jauh jaraknya. Peranan guru untuk menyelaraskan pemahaman agar
tidak terlalu jauh kesenjangannya menjadi hal yang cukup penting.
2.
Teori belajar humanis
Teori ini
memandang siswa dari sudut siswa, menghindarkan diri dari sikap otoriter.
Pendekatan humanis lebih menyentuh sisi siswa selaku individu dengan hak-hak
yang dihormati.
Dalam
belajar diharapkan siswa tumbuh motivasi intrinsik atau dari dalam diri siswa
tumbuh kesadaran dan motivasi belajar terbebas dari ancaman ataupun tekanan
dari luar diri siswa. Siswa diharapkan dapat menemukan tujuan belajarnya
sehingga lebih bermakna bagi diri siswa yang selanjutnya dapat dirasakan
manfaatnya.
Model pembelajaran dalam pendidikan
matematika mengacu pada pedoman kurikulum 2013 ada 3 model yakni
1.
Model Pembelajaran Berbasis proyek (Project Based Learning)
Model pembelajaran ini
melibatkan keaktifan siswa dalam memecahkan masalah. Dilakukan secara
berkelompok/mandiri melalui tahapan ilmiah dengan batasan waktu tertentu yang
dituangkan dalam sebuah produk untuk selanjutnya dipresentasikan kepada orang
lain. Model pembelajaran ini memerlukan perencanaan, pelaksanaan, dan
presentasi diakhirnya. Model ini cocok untuk pembelajaran kokurikuler atau
model tugas mandiri tidak terstruktur yang dapat diselaraskan dengan mata
pelajaran yang lain atau berkolaborasi dengan mata pelajaran yang lain.
Pengalaman belajar siswa lebih luas dan lebih beragam.
Kolaborasi antar siswa dan
kolaborasi antar mata pelajaran menunjukkan bahwa ilmu matematika tidak berdiri
sendiri, begitu pula ilmu-ilmu yang lain saling mendukung untuk dapat digunakan
dalam menyelesaikan permasalahan. Pengalaman belajar siswa lebih beragam. Siswa
tidak hanya aspek kognitifnya yang hendak dikembangkan. Pengembangan karakter
siswa terbentuk saat interaksi kolaboratif.
Siswa dengan kompetensi kognitif
tinggi belum tentu dapat bertindak baik dalam kondisi lapangan kegiatan, tidak
jarang siswa dengan kemampuan biasa saja dapat memimpin, berkomunikasi,
mengorganisasi kelompoknya, sehingga kinerja kelompok menjadi lebih
terkoordinasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ditugaskan pada proyek.
Hubungan sosial dalam satu kelompok
maupun dengan sumber informasi yang relevan digali memperluas jangkauan
pengalaman belajar. Karakteristik koneksi sosial terkait tugas memberikan
pengalaman yang mendukung kompetensi dasar yang hendak dikembangkan.
2.
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Model pembelajaran ini
bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para siswa belajar
berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, dan selanjutnya
siswa memperoleh pengetahuan dari pengalaman belajarnya. Keterampilan
menyelesaikan masalah dengan dasar ilmu yang dimiliki sambil terus
mengembangkan diri belajar untuk kreatif menghubungkan pengetahuan satu dengan
lainnya. Berpikir matematis dalam menghadapi permasalahan merupakan pengalaman
belajar yang diharapkan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu matematika
memang bersifat abstrak, namun dapat diimplementasikan untuk menyelesaikan
permasalahan-permasalahan kontekstual.
Konektivitas antara masalah yang
disajikan dengan kompetensi dasar serta tujuan pembelajaran harus selaras dan
sejalan, sehingga permasalahan yang disajikan memudahkan siswa belajar. Bila
permasalahan yang diambil tidak mendukung kompetensi dasar, maka tentu saja
tujuan pembelajaran menjauhi ketercapaian
tujuan pembelajaran.
3.
Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)
Proses pembelajaran terjadi
apabila materi pembelajaran tidak disajikan dalam
bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa itu yang
mengorganisasi sendiri untuk menemukan konsep. Menemukan kembali konsep-konsep
dengan mempelajari asal muasal konsep yang kontekstual membimbing siswa untuk
memahami dan bangga dengan penemuannya. Meskipun sebenarnya siswa hanya
menemukan kembali konsep ilmu yang telah ditemukan oleh ilmuwan sebelumnya.
Pada masa
sekarang paradigma belajar diarahkan bukan bersifat untuk kompetitif
individual, namun lebih pada belajar secara kolaboratif. Dengan sistem belajar
kolaboratif, siswa memiliki kemampuan yang tidak bersifat individual,
namun komunal dan memiliki kebaikan karakter dalam kelompok.
Jalan
untuk menemukan kembali konsep matematika merupakan proses pembelajaran yang
memerlukan kejelian dalam menghubungkan konsep satu dengan lainnya. Jalan ini
tentu tidak mudah, diperlukan kegigihan dan keuletan untuk mencapai taraf
menemukan kembali konsep.
- Inovasi Pendidikan
Matematika
Pembelajaran
sebelum tahun 2019 dilakukan dengan cara pertemuan tatap muka. Sistem
pembelajaran dilaksanakan dengan baik mengikuti teori belajar terkini dengan
mengakomodir kepentingan kurikulum yang telah ditetapkan dinas terkait dan juga
satuan pendidikan. Pengembangan metode, strategi, dan model pembelajaran yang
diterapkan dapat diterapkan sesuai kondisi ideal maupun real dan dapat
dilanjutkan improvisasi yang menghasilkan inovasi atau setidaknya
modifikasi.
Perubahan
teacher centered ke student centered berimplikasi
panjang dalam pembelajaran yang dilakukan guru di satuan pendidikan. Guru
yang belum menerapkan sistem pembelajaran berorientasi student centered terus
diupayakan menerapkannya. Kepala Sekolah, Pengawas sekolah, dan Dinas
Pendidikan terus memberikan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi guru
sehingga diharapkan mampu melaksanakan pembelajaran dengan baik.
Awal
tahun 2019 pandemi covid 19 melanda dunia. Pembelajaran tidak dapat
dilaksanakan sebagaimana biasa dan sebagaimana mestinya. Hal ini membuat porak
poranda sistem pendidikan di satuan pendidikan terutama bagi guru yang belum
siap dengan pengetahuan dan keterampilan sistem daring. Beberapa cara
pembelajaran daring telah dilatihkan oleh lembaga pemerintah maupun swasta.
SEAMEO adalah salah satu lembaga yang intensif menyelenggarakan kegiatan
pelatihan untuk guru dengan cara daring jauh sebelum pandemi covid 19. Guru
yang dilatih pun sudah ribuan, namun belum menjangkau seluruh guru, bahkan
masih jauh lebih banyak guru yang belum tersentuh untuk berlatih sistem
pembelajaran daring.
Guru yang
aktif dan telah praktik belajar sistem pembelajaran daring telah memiliki
kesiapan yang lebih baik dibanding guru yang belum berlatih. Tentu saja
adaptasinya pun jauh lebih baik serta cepat mengantisipasi keadaan. Mulai
membuat ruang virtual, menyampaikan pembelajaran, menyampaikan materi
pembelajaran, sistem penyampaian pembelajaran, mempersiapkan daftar hadir,
sistem evaluasi, sistem pelaporan dan lain-lain. Inovasi pun bermunculan untuk
mengatasi kesulitan yang mengiringi sistem pembelajaran yang baru. Hadirnya
inovasi tidak terlepas dari masalah yang selalu mengiringi suatu metode atau
sistem yang baru diterapkan.
Kegiatan
inovasi yang dilakukan sebagian besar menggantungkan pada sistem jaringan
global atau internet. Jaringan internet menjadi poros penggerak kegiatan
pembelajaran sistem daring. Melek dengan teknologi menjadi kebutuhan setiap
orang. Guru yang tidak segera beradaptasi dengan kemajuan yang begitu cepat
akan ditinggalkan oleh sistem.
Upaya
menghadirkan guru di rumah siswa dalam tatap maya tentu saja tidak mudah,
apalagi tidak sekedar hadir dan berceramah layaknya webinar. Siswa mengalami
kesulitan yang lebih kompleks dengan pembelajaran daring dan hanya menatap maya
guru maupun teman-temannya. Kesulitan teknis berupa sinyal, kuota internet,
keterbatasan perangkat, turut andil dalam pemahaman pembelajaran yang
diselenggarakan. Hidup secara digital dapat diadaptasi dengan cepat oleh siswa,
namun hidup dan belajar secara digital nampaknya belum dapat segera diatasi
oleh siswa. Belajar digital pun tidak serta merta mudah bagi guru.
Blended
Learning System menjadi salah satu sistem yang diberlakukan
sebagai bagian mengatasi berbagai kendala teknis maupun kendala penyampaian
konten pembelajaran secara daring. Repot dan terasa lebih melelahkan, namun
inilah pilihan dalam meminimalkan resiko penularan covid 19. Bahan materi atau
tugas disiapkan oleh guru untuk diambil dan dikerjakan oleh siswa. Untuk
pengambilan tugas dan pengumpulan tugas dapat dilakukan oleh orang tua / wali
agar dapat menjaga protokol kesehatan.
Pembelajaran
tatap muka yang sudah dimulai diakhir tahun 2021 merupakan angin segar
pelaksanaan pembelajaran yang memudahkan siswa belajar. Namun dengan persentase
yang belum semuanya diperkenankan masuk tatap muka menimbulkan permasalahan bagi
siswa yang tetap di rumah yang melaksanakan pembelajaran daring. Kombinasi cara
mengajar guru untuk tatap muka dan daring secara bersamaan atau synchronous
tidak mudah dilaksanakan. Lebih banyak dan mudah dengan cara pembelajaran asynchronous.
Durasi
waktu pembelajaran tatap muka yang masih sangat terbatas tidak mudah untuk
menyelesaikan permasalahan pembelajaran. Guru pun tidk diperkenankan untuk
terlalu dekat secara fisik dengan siswa, siswa pun tidak boleh dekat dengan
guru maupun siswa lainnya. Protokol kesehatan untuk menjaga kesehatan bersama perlu
dijaga dengan baik agar tidak timbul masalah kesehatan yang membahayakan
keselamatan jiwa guru dan siswa.
- Contoh Penerapan dan inovasi
Pembelajaran Matematika
1.
Papan tulis digital
Lazimnya
pembelajaran tatap muka, pembelajaran daring pun ada baiknya guru dapat
memperjelas pemahaman siswa dengan penjelasan di papan digital. Papan
tulis digital banyak dan beragam, tinggal memilih mana yang paling sesuai
dengan kebutuhan. Software activinspire adalah contoh sarana yang dapat
digunakan sebagai papan tulis digital matematis. Berbagai bentuk geometri dan
pengukuran dapat ditunjukkan dengan mudah dan jelas. Mengukur besar sudut,
mengukur panjang ruas garis, menggambar lingkaran, juring lingkaran, dan
lain-lain dapat ditunjukkan dengan baik
Papan
tulis digital juga dapat dengan mudah ditampilkan dengan aplikasi office.
Fitur di office under Windows, linux mengakomodir kepentingan screen
drawing maupun icon toolbar drawing. Fasilitas ini memungkinkan guru
atau siswa jika ada dukungan perangkat dapat menyampaikan presentasi materi
pembelajaran yang relevan. Dengan demikian pembelajaran dapat lebih memenuhi
kebutuhan interaksi.
Siswa
yang cepat dalam memahami pembelajaran tentu dengan cukup mudah menyerap ilmu
yang dipelajari. Untuk siswa yang tidak cepat mempelajari, kegiatan
pembelajaran dapat direkam dan disampaikan hasil rekaman tersebut kepada siswa
yang berhalangan saat pembelajaran synchronous dilaksanakan. Rekaman
dapat didokumentasikan dalam soft file komputer, maupun cloud.
2.
LKPD digital
Lembar
kerja peserta didik biasanya dibagikan dalam bentuk kertas untuk dijadikan
acuan kegiatan pembelajaran. Siswa mengikuti dan mengerjakan sesuai petunjuk di
LKPD yang mendukung tujuan pembelajaran saat itu. LKPD merupakan hal penting
untuk memudahkan proses pembelajaran. LKPD digital menjadi alternatif untuk
mengatasi kesulitan pembelajaran daring. Google doc, google slide, google
spreadsheet, live worksheet adalah contoh perangkat yang dapat digunakan
untuk menyelenggarakan LKPD digital.
Dengan
LKPD digital, konten, gambar, grafik dapat ditampilkan dalam mode color full.
Dengan warna yang lebih variatif, diharapkan lebih menarik dalam tampilan
dan lebih memotivasi ketertarikan mempelajari materi yang diberikan.
Selanjutnya diharapkan pemahaman juga mengalami peningkatan. LKPD pun bahkan
dapat disajikan dengan dukungan video kontekstual, dengan demikian suasana kontekstual
lebih mendekati pola pembelajaran high order thinking skill.
Kegiatan
ini bahkan dapat dilakukan bersama-sama dari tempat yang berbeda. LKPD yang
dikerjakan bersama dalam satu media digital bersama memberikan pengalaman
belajar yang variatif. Kendala umum yang muncul adalah kesulitan jaringan
internet atau kemampuan daya dukung perangkat.
3.
Pembelajaran berdiferensiasi
Pembelajaran
ini berangkat dari karakteristik peserta didik yang beragam. Ada siswa yang lebih
senang dan mudah belajar secara auditori, ada yang visual, ada yang audio
visual, ada pula yang kinestetik. Kesemuanya memiliki kesulitan berbeda dalam
menerima pembelajaran. Pembelajaran berdiferensiasi mengakomodir
karakteristik siswa, oleh karena itu guru perlu mendata karakteristik siswa dan
menyiapkan metode, model, dan strategi pembelajaran yang cocok untuk siswa atau
kelompok siswa.
Dari
hasil pendataan, guru kemudian memetakan dan mengelompokkan siswa kedalam
kelompok terdekat untuk cara belajarnya. Hal ini perlu dilakukan karena tidak
mungkin seluruh siswa dengan karakteristik masing-masing dapat terlayani
individual. Namun setidaknya dengan cara ini ada sentuhan yang lebih
mendekatkan pada sifat terdekat pada diri siswa. Perencanaan dituangkan dalam
perencanaan pembelajaran berdiferensiasi.
Strategi diferensiasi ada tiga yakni :
a.
Diferensiasi konten
Materi yang akan dipelajari oleh siswa perlu dipersiapkan
lebih spesifik. Konten dapat dibedakan sebagai tanggapan terhadap kesiapan,
minat, dan profil belajar siswa maupun kombinasi dari ketiganya. Konten pokok
materi pembelajaran tetap mengacu pada silabus, namun pengembangan konsep yang
ada, atau jalan untuk mencapai pencapaian tujuan pembelajaran dapat beraneka
ragam.
b.
Diferensiasi proses
Proses mengacu pada bagaimana siswa akan memahami atau
memaknai apa yang dipelajari. Proses pembelajaran memperhatikan cara belajar
siswa dengan karakteristiknya. Kegiatan ini tetap dalam kontrol guru sesuai skenario
pembelajaran yang direncanakan.
c.
Diferensiasi produk
Produk adalah hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus
ditunjukkan siswa kepada guru (dapat berupa karangan, pidato, rekaman,diagram)
atau sesuatu yang ada wujudnya baik manual maupun digital. Kebebasan siswa
mengapresiasikan pendapatnya melalui cara-cara yang sesuai dengan ekspresi diri
memudahkan siswa mengomunikasikan hasil belajarnya.
Daftar Pustaka
Bambang Faedoni, 2019, Filsafat
Pendidikan Matematika Tujuan dan Ideologi Pendidikan Matematika Chapter 6,
makalah kuliah filsafat
Edy Bambang Irawan, 2012, The
Challenge Of Mathematics Teachers In Dealing With Various Curriculum Changes (A
Theoretical Review) dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika pada tanggal 10 November 2012 di Jurusan Pendidikan
Matematika FMIPA UNY
Marlina, 2020, Strategi
Pembelajaran Berdiferensiasi Di Sekolah Inklusif, Afifa Utama,
Padang
Marsigit, 2017, Inovasi
Pendidikan Matematika Dalam Tantangan Global
Dipresentasikan pada: Seminar
Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah
Purworejo
Richard R. Skemp, 1987,The
Psycholohy Of Learning Mathematics, Lawrence Erlbaum Associates,
Publishers, Hillsdale New Jersey
Veni Widi Astuti, 2021, Pembelajaran
Berdiferensiasi dan Penerapannya I Kelas, Kemdikbud Riset dan Teknologi,
Jakarta
http://jiannuriah.blogspot.com/2015/01/peran-filsafat-dalam-pembelajaran.html, diakses Ahad, 19 Desember 2021
jam 05.30 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar