Telan Kepahitan untuk Manisnya Masa Depan
Pada umumnya rasa manis itu menyenangkan dan ingin dinikmati terus oleh manusia. Namun rasa manis yang berkepanjangan dapat menimbulkan masalah dikemudian hari. Sebaliknya rasa pahit tidak menyenangkan karena getirnya kadang sulit hilang dan tidak menyenangkan rasa. Namun kegetiran belum tentu ketidakbaikan untuk masa depan.
Begitulah dengan menuntut ilmu dilakukan dengan susah payah, bermandikan peluh di dalam kepala, meskipun badan tidak berkeringat. Kepenatan, kesusahan dan beraneka cobaan yang melelahkan jiwa dan raga akan mendapatkan manis di kemudian hari. Manis yang menyehatkan jiwa dan raga. Manis yang membahagiakan dan menentramkan kehidupan.
Sebaliknya, keengganan menelan getirnya menuntut ilmu lebih memilih bersenang senang dengan meninggalkan menuntut ilmu berimplikasi pada kesulitan dan kepahitan di masa kemudian. Masa kemudian jangka pendek di dunia maupun masa kemudian dimasa yang lebih kekal. Dengan berilmu manusia dapat menjalani kehidupan dengan kehidupan yang lebih bermakna, beramal dengan benar sebenar-benarnya. Dengan demikian kebenaran akan menuntun kepada kebahagiaan yang hakiki.
Tepat apa yang disampaikan Imam Syafi'i, “Barang siapa belum pernah merasakan pahitnya menuntut ilmu walau sesaat, ia akan menelan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar