Keteladanan Budaya Jawa pada Hari Kamis Pahing
(sebuah refleksi ringan)
Warga sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Hari Kamis Pahing diwajibkan memakai pakaian adat Yogyakarta. Hal ini bagian dari sebuah misi besar untuk melestarikan budaya tradisional dalam hal berbusana.
Dalam pelaksanaan di sekolah, nampaknya belum mudah dan mulus sesuai harapan. Tentu ini bagian dari proses pendidikan yang terus menerus dikawal oleh civitas sekolah. Guru berusaha mengingatkan siswa tentang berpakaian yang benar (lebih tepat mendekati benar) sesuai tuntunan adat.
Keteladanan dari pimpinan, guru, dan tenaga administrasi diperlukan agar siswa dapat melihat contoh yang baik. Peribahasa *"keteladanan lebih berharga dari beribu kata nasehat"* perlu dipertegas dengan tindakan nyata untuk mengawal, menasehati, dan mengondisikan iklim yang baik dalam berbusana adat jawa ini.
Jikalau pimpinan, guru atau tenaga administrasi masih ada yang memakai sepatu tentu akan kesulitan mengajak siswa membudayakan memakai selop. Termasuk lembaga diatas sekolah dalam hal ini Dinas Pendidikan. Pegawai di Dinas Pendidikan jika masih ada yang belum memakai busana dengan benar (lebih tepat mendekati benar) tentu menjadi teladan negatif bagi pimpinan sekolah, guru, maupun tenaga administrasi yang kebetulan berkunjung _sowan_ ke kantor Dinas Pendidikan.
Kapan budaya berbusana jawa yang ideal akan terlaksana masif? Tentu ini menjadi impian besar para pemerhati budaya. Bagi kita insan pelaku pendidikan di sekolah, target kapan waktunya tidaklah begitu penting, yang terpenting terus berkarya mengondisikan atmosfer dilingkungan satuan pendidikan agar mendukung upaya pelestarian budaya ini. Kita bisa berperan meskipun kecil untuk membantu impian besar dalam melestarikan budaya jawa. Mari berperan mewujudkan Yogyakarta istimewa yang sesungguhnya, meskipun peran kita masih sangat kecil.
_Sugeng makaryo_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar