SEMPURNA
Oleh
: Yuliyanto,S.Pd.
Manusia adalah makhluk sempurna, jelas sekali dalam firman Allah surat At
Tin ayat 4 “Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam
bentuk yang sebaik-baiknya,”. Sebaik-baiknya disini ada yang mengartikan
sempurna.
Benar bahwa manusia adalah makhluk sempurna yang diciptakan Yang Maha
Kuasa. Pengamatan obyektif menunjukkan fisik manusia lebih bagus dari makhluk
lainnya. Binatang atau hewan yang cantik, menarik, menyenangkan, dan bahkan
dengan kelebihan yang banyak tetap tidak dapat mengungguli sifat yang ada pada
diri manusia. Kesempurnaan sifat fisik ini menunjukkan kelebihan yang ada pada
diri manusia. Meskipun ada beberapa manusia yang memiliki fisik berbeda dengan
manusia pada umumnya. Namun sifat fisik ini tentu tidak bisa untuk
menggeneralisasi bahwa manusia lebih rendah dibanding makhluk lainnya.
Kesempurnaan fisik manusia ditunjang dengan adanya akal. Akal seringkali
disamakan dengan otak. Kalau hewan dan manusia sama-sama memiliki otak, tentu
ada yang membedakan sehingga menunjang sifat kesempurnaan manusia. Yang
membedakan itu adalah akal untuk berfikir. Dari akal inilah manusia bertumbuh
dan berkembang semakin baik dari waktu ke waktu. Manusia diawal hidupnya
belajar diawali dengan insting seperti hewan, kemudian manusia dapat berkembang
belajar dari pengalaman dan meningkatkan diri untuk sesuatu yang lebih baik.
Sedangkan hewan terus menerus menggunakan insting untuk hidup.
Manusia memiliki akal yang bagus, namun untuk hidup lebih baik perlu
adanya pengendalian rasa yang sering disebut budi. Dengan budi manusia menjadi
lebih indah dalam hidupnya, dapat menuju keindahan yang hakiki karena akal
dilandasi dengan budi yang baik. Sensor budi diberikan oleh Yang Maha Kuasa
dengan seperangkat daging yang disebut hati. Tentu hati disini bukan semata
organ hati yang ada di rongga dada, namun hati yang menyifati perilaku manusia.
Hal ini diisyaratkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam hadis “Ingatlah
bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula
seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa
ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).
Ternyata kesempurnaan manusia itu terletak pada ketidaksempurnaannya. Bermakna
manusia harus menuju kesempurnaan sejati dengan terus menggali potensi dirinya
untuk terus menuju kesempurnaan yang hakiki. Perangkat tersebut ada pada akal
dan budi. Jika akal dan budi tidak digunakan untuk menuju kesempurnaan sejati bisa
jadi manusia akan menjadi makhluk yang hina. Hal ini diperingatkan oleh Allah
dalam surat At Tin ayat 5 “kemudian Kami
kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya,”
Menuju kesempurnaan yang sejati harus terus
diupayakan meski kita sempurna dalam ketidaksempurnaan.