Healing Tadabbur Karimunjawa
Jum'at-Ahad,26-28 Juli 2024
Kapal Kelimutu
Melihat schedule perjalanan menuju Karimunjawa dengan menaiki kapal Kelimutu, pikiranku menerawang jauh sekitar 35 tahun yang lalu. Iya karena aku pernah menaiki kapal tersebut dari Surabaya selama kurang lebih 5 hari menuju Kupang NTT.
Ternyata kapal Kelimutu masih relatif sama dengan waktu aku menaikinya. Tentu ada perbaikan-perbaikan yang dilakukan atau setidaknya penggantian bagian yang memang layak diganti seperti kasur tempat tidur dan yang lebih membedakan adalah kloset toilet.
Ada kenangan sedikit dengan kloset toilet, waktu itu aku kehilangan jam tangan yang pertama kali aku miliki yakni jam tangan merk Alba waktu itu seharga Rp35.000. Sehabis memandikan keponakan dan kuantarkan kepada ibunya, aku menuju kamar mandi lagi untuk mandi, jam tangan kulepas dan ku taruh di saku baju. Ketika aku membuka baju untuk mandi jam tangan itu pun melayang dan jatuh tepat di kloset. Tanganku segera sigap menyusul jam tanganku, dan ternyata klosetnya bukan model leher angsa, tapi langsung ke bawah berupa pipa mungkin langsung ke laut. Melayanglah jam tangan kesayangan.
Sepanjang perjalanan kurang lebih 7 jam memori teringat ketika mengantarkan keponakan, makanan yang disajikan merupakan makanan cepat saji barangkali artinya memasaknya tidak dengan bumbu yang lengkap. Empuknya kurang mungkin juga bumbunya kurang karena memang memasak untuk ratusan penumpang. Namun bagaimanapun rasanya tetap menjadi santapan wajib untuk menjaga kondisi badan. Dalam perjalanan ini aku tidak sempat ataupun memang tidak diberikan menu makanan pagi karena sampai di pelabuhan Karimunjawa masih sangat pagi sehingga kami pun langsung turun menuju angkutan yang sudah disiapkan oleh event organizer.
Pohon Jambu Mete
Dari pelabuhan rombongan kami per 38 orang dibagi menjadi beberapa Armada setiap Armada kurang lebih 6 sampai 7 orang. Untuk tas dijadikan satu dalam mobil pick up.
Sepanjang perjalanan kami melihat nyiur melambai ke sana kemari dengan angin khas pantai pagi hari. Perjalanan kurang lebih 40 menit menuju ke bagian lain pulau Karimunjawa yakni ke Java Paradise Resort tempat kami menginap. Di kanan kiri sepanjang perjalanan terdapat banyak pohon mete dengan pohon yang menjulang tidak terlalu tinggi namun besar dengan cabang dan ranting yang begitu banyak. Tentu bertanya-tanya dalam hati kenapa banyak pohon mete yang bisa begitu besar sedangkan di Jawa khususnya di tempat tinggal kami di Sleman tidak banyak lagi pohon mete. Mungkin di Karimunjawa pohon mete menjadi bagian dari komoditas hortikultura.
Sejenak kami ngobrol dengan driver yang mengantarkan kami ternyata beliau adalah guru olahraga di MTs Ma'arif. Sebagai driver dia melaksanakan tugas berbisnis 4 hari, karena mengajar di sekolah hanya diambil 3 hari, begitulah kehidupan di daerah wisata di mana sumber kehidupan lebih menarik dan lebih menjanjikan di sektor pariwisata. Kijang Innova pun meluncur dengan enak karena jalan sudah relatif diperbaiki dibanding sebelumnya menurut driver dikarenakan pada waktu itu akan dihadiri oleh PJ gubernur namun tidak jadi karena ada acara lain. Alhamdulillah kami menikmatinya jalannya sudah relatif baik.
Pohon Dewandaru
Sempat kami tanyakan kepada driver tentang pohon dewandaru. Dikatakan ada tiga pohon yang unik di Karimunjawa yakni pohon dewandaru pohon stigi dan pohon kalimasada. Ketika pohon memiliki keunikan masing-masing yang memang menjadi ciri khas di Karimunjawa.
Pohon dewandaru yang menurut mitosnya tidak boleh dibawa keluar dari Karimunjawa, dikatakan boleh dibawa bila dalam bentuk souvenir di mana souvenir tersebut disertakan pula kayu dari pohon kalimasada yang menawarkan mitos untuk tidak dibawa keluar. Sedangkan aksesoris dari pohon stigi dipercaya oleh sebagian orang memiliki kekuatan untuk kesaktian misalnya memiliki kekebalan bagi pemakainya. Semoga yang terakhir ini tidak dipersiapkan karena itu bagian dari kesyirikan yang tentu tidak baik untuk keyakinan atau keimanan
Snorkeling
Setelah sarapan pagi di dekat alun-alun Karimunjawa kami pun check in di hotel, hanya untuk menitipkan tas dan keperluan pribadi yang dipercepat karena harus segera mengikuti kegiatan yang sudah dijadwalkan yakni snorkeling. Inilah wisata ikonik di Karimunjawa.
Rombongan yang terdiri dari 38 orang dibagi menjadi dua kapal kecil, kami harus patuh setiap penumpang mengenakan pelampung demi keselamatan. Sedangkan kru kapal karena sudah terbiasa mereka tidak mengenakan pelampung barangkali karena memang sudah ahli berenang.
Perjalanan 30 menit menuju pulau kecil yakni Pulau Menjangan kecil di mana di situ sudah banyak kapal-kapal lain melaksanakan kegiatan yang menyenangkan bagi wisatawan yakni snorkeling. Kapal kami pun segera menyelinap di antara kapal-kapal yang lain karena masih ada tempat yang memungkinkan kami melakukan snorkeling.
Pemandu wisata segera menjelaskan bagaimana cara mengenakan perlengkapan snorkeling dan bagaimana untuk bisa melihat keindahan alam ciptaan Tuhan di bawah air. Aku pun tidak ketinggalan segera mengenakan perlengkapan yang diinstruksikan dan perlahan tubuh kebun masuk ke dalam air. Karena tidak bisa berenang aku harus berhati-hati supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Terlihat Bu Nana begitu semangat menyemangati para teman-teman yang lain untuk segera turun dan dikatakan akan diberi saweran. Aku tidak tertarik dengan saweran karena aku memang tidak bisa berenang namun nyaliku tertantang juga untuk turun ketika teman-teman Yang lain sudah turun. Dan begitu menundukkan kepala masuk ke dalam air, subhanallah luar biasa ciptaanMu ya Allah begitu indahnya dunia bawah air.
Keindahan bawah air tidak bisa kunikmati cukup lama karena aku tidak terbiasa menahan nafas, meskipun ada alat untuk bernapas menggunakan mulut namun kesulitan aku bernapas dengan mulut karena tidak terbiasa. Alhasil melihat dunia bawah air pun dilakukan sebentar hanya beberapa detik kemudian kepala menyembol ke atas bernapas dengan terengah-engah sambil minum air laut yang asin dan kadang ada yang masuk ke hidung sehingga hidung pun terasa sakit.
Berfoto di bawah air menjadi bagian menarik dan itu merupakan paket wisata yang disiapkan oleh pemandu. Aku pun bersiap dengan foto di bawah air yang begitu menakutkan namun ingin pula melakukan karena ibu-ibu pun berani masa aku nggak berani kan malu. Alhamdulillah sesi foto ini pun dapat dilalui dengan membahagiakan meskipun hidung dan mulut terasa sakit sehingga aku segera naik kapal untuk minum dan menetralkan ketakutanku.
Keceriaan di tempat snorkeling berlangsung cukup lama sambil teriak-teriak maupun bercanda ria bersama kawan-kawan. Candaria yang menyegarkan dan menyejukkan.
Menikmati ikan bakar
Bagian pengalaman lain yang tidak kalah menarik adalah menikmati ikan bakar di sebuah pulau yang begitu indah dengan pasir putih yang menghampar di mana-mana. Air laut yang begitu dangkal dan tenang sungguh memikat untuk belajar berenang. Kami pun bercanda ria bersenda gurau di dalam air layaknya anak-anak yang sedang bermain. Sungguh bisa melupakan rutinitas yang menjemukan.
Ada hal yang menarik di mana aku bisa menambang di atas air dengan puisi tidak terlentang di atas air. Belajar ini harus dibayar dengan beberapa kali meminum serta menghirup air laut yang begitu asin dan getir. Bercanda ria sambil telentang di atas air terapung-apung mengikuti arus air tentu cukup aman karena memang pantainya landai jauh dengan ketinggian maksimal setinggi perut.
Beruntungnya bisa menikmati indahnya pantai pasir putih dan diakhiri dengan makan ikan bakar khas Karimunjawa, berbagai jenis ikan kami santap dengan takaran yang khas bumbu sambal yang begitu pedas menyimak mulut. Rasa lapar yang begitu mendera memaksa aku untuk mengambil kembali nasi dan sisa-sisa ikan yang masih ada di tempat hidangan. Hal sama dilakukan oleh teman-teman yang lain.
Sesi yang tidak kalah menarik adalah foto bersama dengan teriakan-teriakan histeris dan saling berebut untuk membuat kenangan terindah baik pribadi maupun bersama-sama. Tidak lupa pemandu menggunakan drone untuk mendapatkan sudut pandang video yang indah dan mengesankan. Cukup lama sesi foto ini dilakukan karena masing-masing memiliki ide untuk membuat kesan kenangan yang begitu indah.
Foto bersama Hiu
Usai makan kami pun melanjutkan perjalanan menuju tempat penangkaran hiu di mana untuk memasukinya kami harus membayar Rp20.000 per orang. Tentu kawan-kawan banyak yang tidak siap dengan biaya dadakan seperti ini ada yang karena memang tidak membawa uang saat snorkeling. Dan beruntungnya sudah dibayarkan oleh salah satu diantara pengurus atau event organizernya.
Ibu-ibu dan bapak-bapak saling bergantian untuk sesi foto bersama ikan hiu yang besarnya setidaknya sebesar paha orang dewasa. Ada ketakutan ada jeritan kecil ada wajah yang memerah bahkan ada yang sampai terkencing-kencing dan memang tujuannya kencing di dalam kolam yang langsung berhubung dengan laut dan hanya dibatasi dengan jaring.
Bagaimana tidak takut karena hiu termasuk hewan atau ikan yang ganas terkenal sebagai predator yang unggul di lautan. Bahkan oleh pemandu sengaja diberikan umpan berupa ikan yang sudah biasa menjadi santapan hiu dan dilemparkan ke depan peserta wisata yang turun untuk diabadikan dengan foto ataupun video.
Tempat penangkaran ini juga terdapat beberapa macam keramba yang diisi dengan ikan-ikan laut sangat besar dan seakan-akan ingin sekali kita menangkap langsung. Namun tentu saja tidak boleh karena memang di situ adalah tempat untuk penangkaran ikan-ikan terutama ikan hiu. Terdapat pula teripang atau bintang laut yang begitu lucu menggemaskan dan beberapa diantara ibu-ibu pun kesempatan memegang dan foto dengan bintang laut.
Gala Dinner
Kenangan terindah di hotel Java Paradise menjadi lebih lengkap ketika setelah makan malam bakda maghrib diadakan acara gala dinner. Dengan pemandu MC terkenal bapak Agus Istiadi, keadaan pun semakin meriah. Satu persatu para peserta didaulat untuk menyanyi atau mengisi acara dengan kreasi masing-masing. Namun yang banyak diantara teman-teman adalah menyanyikan lagu-lagu kesukaan yang diiringi melalui musik karaoke YouTube. Karena penyanyi tidak bisa melihat tayangan dari YouTube tersebut, alhasil banyak sekali nyanyian yang tidak cocok karena belum hafal antara lirik dengan iringannya.
Usai gala dinner teman-teman banyak yang kemudian berbelanja ke alun-alun, dimana di alun-alun memang baru diadakan acara tahunan Barikan Kubro. Sebuah acara tradisional yang menghadirkan banyak sekali stand maupun pentas seni. Banyak yang bercerita tentang kehebohan diacara tersebut. Namun aku lebih suka dan lebih tertarik untuk segera ke kamar dan tidur agar bangun tidak kesiangan.
Bulan separuh di Karimunjawa
Cerah ceria pagi hari, angin sepoi sejuk menyejukkan hati. Tempat tidur di bibir indah pantai mengingatkan kembali ketika menginap di Samudra Beach Hotel Palabuhan Ratu.
Namun ketika perjalanan menuju masjid untuk berjamaah salat subuh, aku menerawang ke atas terlihat bulan separuh yang begitu cerah menyinari bumi meskipun dengan kekuatan hanya separuh. Ingatan pun menerawang kembali ketika di tahun 1986 aku berwisata ke Pangandaran.
Berjalan menuju masjid dimalam hari menjelang fajar menyingsing sendirian, tapak demi tapak ku lalui, melalui warung-warung dan toko yang sudah tutup. Namun masih ada beberapa kupu-kupu malam yang ingin menghisap madu kehidupan dunia yang diinginkan glamournya. Aku pun segera mempercepat jalan seakan berlari ketakutan agar segera sampai di masjid yang sudah beberapa waktu mengumandangkan puji-pujian menjelang adzan subuh. Persis suasana ini ada di depan Java paradise hotel. Lah kok ada pasangan muda-mudi dengan celana pendek naik motor dan terlihat begitu mesra, berhenti di depan masjid pula sambil main HP. Duh semoga tidak melakukan hal yang tidak diinginkan ketika belum jadi hak dan kewenangannya.
Meskipun mendengar puji-pujian di masjid Mereka berdua pun tidak turun dari motor untuk menuju masjid ikut salat memang barangkali bukan warga yang biasa melaksanakan salat. Atau mungkin pula bukan warga asli karena begitu rajinnya pagi-pagi sudah bangun.
Bulan separuh masih terus tersenyum di atas kepalaku di samping kolam renang di mana angin sepoi terus menerpa tubuhku. Sementara di langit sebelah timur semburat merah sudah mulai nampak dari sang surya yang akan terus menyinari bumi disiang hari Karimunjawa.
Sesi Foto
Sebelum meninggalkan Hotel tidak lupa rombongan berfoto kembali untuk membuat kenangan terindah di halaman belakang hotel yang tepat sebagai bibir pantai berpasir putih. Pose demi pose, gaya demi gaya, bahkan gaya gerakan untuk tiktok pun dilakukan dengan kocak dan kompak.
Sesi foto berlanjut ke bukit cinta, sebuah bukit kecil dengan spot berupa pantai yang indah, pantai dengan latar pelabuhan dan kapal-kapal besar maupun kecil yang sandar dengan dikelilingi pantai pasir putih yang menghampar dan jauh masuk ke laut dengan dangkalan berwarna hijau. Berikut ini banyak sekali kenangan yang bisa dibuat oleh teman-teman sehingga mereka pun ceria.
Tidak berlangsung lama kami pun segera meninggalkan tempat menuju pelabuhan kepulangan. Cukup lama di pelabuhan ini kami makan siang sambil berkaraoke bersama kawan-kawan namun aku lebih menyukai untuk menyendiri memandang laut menikmati indahnya dunia.
Kembali kenangan di Kelimutu
Kepulangan kami menggunakan kapal Kelimutu yang berangkat pada pukul 15.00 waktu Indonesia Barat. Tentu berbeda suasana dengan keberangkatan menuju Pulau Karimunjawa. Sore semakin sayup dengan pertanda alam berupa sunset yang menjadi momen ditunggu-tunggu oleh sebagian besar penumpang kapal. Penumpang kapal yang berkesempatan keluar tidak menyia-nyiakan untuk mengabadikan sunset tersebut.
Foto menangkap matahari, menelan matahari, ataupun hanya sekedar foto matahari yang akan tenggelam untuk bersembunyi dan beristirahat dari kerja siangnya. Sungguh ciptaan Allah yang luar biasa. Maha besar Allah dengan segala ciptaanNya