Rukuh Apek
Catatan Lebaran 31 Maret 2025
Oleh : Yuliyanto
Lebaran tahun ini, kami memutuskan untuk bersilaturahmi ke rumah saudara di kampung lain. Di tengah perjalanan, kami mampir ke sebuah masjid Jami' yang cukup tua namun megah untuk menunaikan salat Dzuhur. Namun, ada satu hal yang luput dari perhatian yakni rukuh di masjid itu berbau apek.
Istriku yang hendak mengenakan rukuh itu langsung mengernyit. Aku melihatnya ragu-ragu, tetapi tak punya pilihan lain. Ia pun mengenakan rukuh itu dengan sedikit menahan napas. Apalagi sang imam melaksanakan shalat dengan sujud yang begitu lama. Begitu selesai shalat, ia segera keluar dengan ekspresi lega.
"Aduh, Mas, rukuhnya apek sekali," bisiknya padaku. "Sepertinya sudah lama tidak dicuci."
Aku hanya tersenyum kecil. Namun, sesuatu tampak mengusik benaknya. Di perjalanan pulang, ia terdiam sejenak lalu berkata, "Mas, aku baru ingat. Di masjid kampung kita, rukuhnya juga seperti ini, ya?"
Aku mengangguk, menyadari hal yang sama. Rukuh-rukuh yang tersedia untuk jamaah perempuan sering kali terabaikan. Dipakai berkali-kali, jarang dicuci, dan akhirnya berbau tak sedap.
Saat jamaah Shalat Subuh, istriku langsung semangat, ia mengumpulkan rukuh yang ada, membawanya pulang, dan mencucinya satu per satu. Tidak lama karena hari begitu terik, cucian pun sudah kering dan waktu Luhur tiba, segera rukuh/ mukena dibawa ke masjid dalam keadaan bersih dan wangi. Dan yang lebih mengesankan kebetulan sudah ada ibu-ibu dari kampung lain yang mau shalat Luhur di masjid.
Legaaaa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar