Njomplang di posisi Kepenak
Mendengar kabar ada kelompok Kepala sekolah yang akan study tour ke Thailand atau ke luar negeri lainnya. Senangnya di posisi kepenak. Mungkin meniru dengan bos bos sebuah perusahaan besar atau konglomerat yang seringkali berlibur ke luar negeri. Memang berada di posisi kepenak.
Di institusi tersebut tentu ada orang yang berada di posisi tidak atau kurang kepenak. Biasanya di level yang menengah ke bawah. Dengan gaji yang pas-pasan kembang kempis harus memperpanjang nafas untuk sampai akhir bulan. Bahkan pendapatannya jauh di bawah UMR.
Ironis barangkali bekerja sebagai pendidik tetapi tidak bisa menyekolahkan di tempat yang wajar karena pendapatannya sangat minim. Sisi lain orang yang di posisi kepenak dengan mudah, enak, dan ringan untuk pergi ke luar negeri bersenang-senang bersenda gurau bersama teman selevel.
Kalau itu dilakukan oleh bos diinstitusi perusahaan murni bisnis, mungkin bisa dianggap wajar saja. Tetapi kalau di institusi pendidikan di mana moral dijunjung tinggi dan diterapkan untuk menjadi model pendidikan bagi para siswa tentu menjadi ironi.
Alasan apapun bisa dibuat untuk membenarkan apa yang dilakukan. Tetapi rasa empati kepada pegawai di level bawah tentu akan justru menjadi lebih bermartabat untuk kemaslahatan bersama yakni kemaslahatan sosial.
Disinilah berlaku dilema etika bukan lagi bujukan moral. Dilema etika mengajak insan pendidik untuk memilih sesuatu yang lebih baik, lebih maslahat atau dalam bahasa yang lebih barangkali lebih barokah.
Sebuah refleksi ringan tidak untuk menyudutkan dan tidak untuk politisasi kegiatan/ kejadian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar